Kingston, Jamaika (AP) — Jamaika mungkin bisa mendapatkan manfaat dari
cadangan logam tanah jarang (LTJ) yang baru ditemukan. Logam tersebut
merupakan bahan penting dalam produksi smartphone, komputer dan banyak
barang berteknologi tinggi, seperti yang diungkapkan pejabat
pertambangan di negara tersebut pada Selasa.
Menteri Sains, Teknologi, Energi dan Pertambangan Philip Paulwell mengatakan bahwa para peneliti Jepang percaya bahwa mereka telah menemukan "LTJ berkonsentrasi tinggi" di lumpur merah negara itu, atau residu bauksit.
Saat ini Cina merupakan pemasok utama unsur LTJ di dunia, yang merupakan mineral yang memiliki peran penting dalam pembuatan produk dari perangkat komunikasi dasar hingga persenjataan militer berteknologi tinggi. Cemas terhadap dominasi itu, produsen di seluruh dunia telah meningkatkan pencarian sumber-sumber lain yang dapat menguntungkan untuk ditambang.
Dalam sebuah pernyataan kepada parlemen Jamaika, Philip mengatakan bahwa para peneliti Jepang dari Nippon Light Metal Co. Ltd. meyakini bahwa LTJ dapat diekstraksi secara efisien di Jamaika, yang dulu industri bauksit besarnya ambruk pada masa-masa sulit.
Philip menyebut penemuan ini sebagai anugerah yang sangat berpotensi secara signifikan terhadap perekonomian di kepulauan Karibia yang saat ini sedang dalam masa sulit.
"Kami berada di garis start dari sebuah kesempatan yang berpotensi untuk mendefinisikan kembali prospek perekonomian Jamaika dengan cara yang positif," katanya kepada anggota parlemen. “... Pemerintah Jamaika merasa bahwa ekstraksi dari LTJ yang ada di Jamaika merupakan kesempatan baru yang menarik untuk mendapatkan devisa yang sangat dibutuhkan dan menciptakan lapangan kerja."
Sebuah program percontohan akan membentuk jangkauan dari setiap proyek komersial yang potensial di Jamaika. Badan lingkungan dan perencanaan telah mengizinkan program percontohan tersebut, namun instansi pemerintah lainnya masih perlu memeriksanya.
Nippon Light Metal telah setuju menginvestasikan dana sekitar $3 juta (setara Rp29 miliar) untuk bangunan dan peralatan yang diperlukan untuk proyek percontohan tersebut, namun juga bertanggungjawab untuk biaya operasinya. Setiap LTJ yang dihasilkan selama fase ini akan dimiliki bersama oleh Jamaika dan perusahaan Jepang tersebut.
Cina telah membangun monopoli virtual dalam penyediaan unsur LTJ ke berbagai produsen dunia, berkat tenaga kerjanya yang murah dan standar lingkungan yang rendah. Hal ini membuat banyak perusahaan di seluruh dunia khawatir dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengurangi ekspor dan pada saat yang sama membangun industri mereka sendiri, seraya menyerukan bahwa pembatasan ekspor LTJ sangat diperlukan untuk melindungi lingkungan.
Tahun lalu, World Trade Organizaton membentuk sebuah panel untuk mengevaluasi ekspor LTJ China setelah Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang mengeluh tentang pembatasan penjualan mineral LTJ Cina.
LTJ sebenarnya tidaklah langka. Di beberapa tempat terdapat konsentrasi LTJ yang cukup berlimpah untuk ditambang, namun sangatlah sulit untuk mengisolasinya dalam bentuk yang telah dimurnikan dan diperlukan teknologi canggih untuk mengekstraksinya.
Jamaika sebelumnya telah mencoba untuk mendapatkan LTJ dari lumpur merah di sekitar penambangan bauksit negara tersebut, namun Philip mengatakan bahwa mereka menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk mengekstraksi mineral tersebut dari tambang bauksit tadi.
Jika proyek percontohan tersebut sukses, Nippon Light Metal berharap untuk mengekstraksi 1.500 metrik ton LTJ per tahun, kata Philip.
"Jelas bahwa sumber daya ini merupakan kesempatan yang harus dikejar oleh Jamaika, dan harus dikelola sedemikian rupa sehingga Jamaika dan rakyatnya mendapatkan manfaat yang besar," katanya.
Menteri Sains, Teknologi, Energi dan Pertambangan Philip Paulwell mengatakan bahwa para peneliti Jepang percaya bahwa mereka telah menemukan "LTJ berkonsentrasi tinggi" di lumpur merah negara itu, atau residu bauksit.
Saat ini Cina merupakan pemasok utama unsur LTJ di dunia, yang merupakan mineral yang memiliki peran penting dalam pembuatan produk dari perangkat komunikasi dasar hingga persenjataan militer berteknologi tinggi. Cemas terhadap dominasi itu, produsen di seluruh dunia telah meningkatkan pencarian sumber-sumber lain yang dapat menguntungkan untuk ditambang.
Dalam sebuah pernyataan kepada parlemen Jamaika, Philip mengatakan bahwa para peneliti Jepang dari Nippon Light Metal Co. Ltd. meyakini bahwa LTJ dapat diekstraksi secara efisien di Jamaika, yang dulu industri bauksit besarnya ambruk pada masa-masa sulit.
Philip menyebut penemuan ini sebagai anugerah yang sangat berpotensi secara signifikan terhadap perekonomian di kepulauan Karibia yang saat ini sedang dalam masa sulit.
"Kami berada di garis start dari sebuah kesempatan yang berpotensi untuk mendefinisikan kembali prospek perekonomian Jamaika dengan cara yang positif," katanya kepada anggota parlemen. “... Pemerintah Jamaika merasa bahwa ekstraksi dari LTJ yang ada di Jamaika merupakan kesempatan baru yang menarik untuk mendapatkan devisa yang sangat dibutuhkan dan menciptakan lapangan kerja."
Sebuah program percontohan akan membentuk jangkauan dari setiap proyek komersial yang potensial di Jamaika. Badan lingkungan dan perencanaan telah mengizinkan program percontohan tersebut, namun instansi pemerintah lainnya masih perlu memeriksanya.
Nippon Light Metal telah setuju menginvestasikan dana sekitar $3 juta (setara Rp29 miliar) untuk bangunan dan peralatan yang diperlukan untuk proyek percontohan tersebut, namun juga bertanggungjawab untuk biaya operasinya. Setiap LTJ yang dihasilkan selama fase ini akan dimiliki bersama oleh Jamaika dan perusahaan Jepang tersebut.
Cina telah membangun monopoli virtual dalam penyediaan unsur LTJ ke berbagai produsen dunia, berkat tenaga kerjanya yang murah dan standar lingkungan yang rendah. Hal ini membuat banyak perusahaan di seluruh dunia khawatir dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengurangi ekspor dan pada saat yang sama membangun industri mereka sendiri, seraya menyerukan bahwa pembatasan ekspor LTJ sangat diperlukan untuk melindungi lingkungan.
Tahun lalu, World Trade Organizaton membentuk sebuah panel untuk mengevaluasi ekspor LTJ China setelah Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang mengeluh tentang pembatasan penjualan mineral LTJ Cina.
LTJ sebenarnya tidaklah langka. Di beberapa tempat terdapat konsentrasi LTJ yang cukup berlimpah untuk ditambang, namun sangatlah sulit untuk mengisolasinya dalam bentuk yang telah dimurnikan dan diperlukan teknologi canggih untuk mengekstraksinya.
Jamaika sebelumnya telah mencoba untuk mendapatkan LTJ dari lumpur merah di sekitar penambangan bauksit negara tersebut, namun Philip mengatakan bahwa mereka menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk mengekstraksi mineral tersebut dari tambang bauksit tadi.
Jika proyek percontohan tersebut sukses, Nippon Light Metal berharap untuk mengekstraksi 1.500 metrik ton LTJ per tahun, kata Philip.
"Jelas bahwa sumber daya ini merupakan kesempatan yang harus dikejar oleh Jamaika, dan harus dikelola sedemikian rupa sehingga Jamaika dan rakyatnya mendapatkan manfaat yang besar," katanya.
No comments:
Post a Comment